Kamis, 04 Februari 2010

Mutiara Hitam Indonesia dan MAKELAR PEMEKARAN

Pagi-pagi bangun, langsung nonton TV. Puter-puter channel, jatuh hatilah pada salah satu stasiun TV swasta penyaji berita nasional dan internasional yang qualified. Ada salah satu program acara stasiun TV tersebut yang membahas tentang REALITAS yang terjadi di Indonesia.

Pemekaran PAPUA BARAT DAYA (Pemekaran dari Prov.Papua Barat) ternyata bermasalah. Sudah 3 tahun rakyat Papua maju ke DPR-RI komisi II untuk menyelesaikan keinginan mereka untuk dilakukannya pemekaran. Mereka sudah mengeluarkan sejumlah (baca:Banyak) uang untuk bisa memuluskan jalan menjadi daerah otonom.Tujuan pemekaran sebenarnya baik, yaitu untuk meratakan pembangunan di daerah tersebut.

Alhasil setelah tiga tahun mereka memperjuangkan hak mereka dan telah melengkapi syarat-syarat untuk bisa dilakukan pemekaran tidak di respon oleh DPR-RI Komisi II, mereka pun datang ke Gedung parlemen untuk menagih janji itu. Mereka merasa tertipu oleh Komisi II DPR-RI karena merasa komisi II DPR-RI tidak merespon, dan parahnya lagi mereka mengatakan telah mengeluarkan sejumlah uang kepada sekretaris komisi II DPR-RI untuk bisa memuluskan proses pemekaran tersebut. Tapi ada statement dari salah satu wakil rakyat Papua Barat Daya yang menyedihkan, dan kira-kira begini ucapannya "Saya berjanji kalau tidak dilakukan pemekaran di Papua Barat Daya, saya akan membawa masyarakat Papua Barat Daya ke sini (Jakarta) dan mengibarkan bendera BINTANG KEJORA dan jangan salahkan kami kalau kami pisah dengan NKRI".

Seharusnya pihak-pihak yang memiliki kepentingan dan berkepentingan dalam masalah ini harus bisa bersikap profesional. Gak perlu memakai jasa-jasa MAKELAR PEMEKARAN segala, yang ada nantinya tidak menyelesaikan masalah. Anggota PARLEMEN jangan berisikan preman yang dengan seenaknya bisa menggunakan jabatannya untuk memperkaya diri. Anggota PARLEMEN harus bisa menunjukkan kepada RAKYAT INDONESIA kalau kalian itu benar-benar wakil rakyat dan harus mengabdi untuk rakyat. Jangan mempersulit birokrasi dengan dalih klasik. Bisa sama-sama kita bayangkan jika salah satu bagian dari MUTIARA HITAM INDONESIA itu tidak ada, MUTIARA itu bukan lagi MUTIARA yang bernilai dan akan membawa dampak negatif lebih banyak di kemudian hari. Jangan sampai NKRI tidak menjadi NKRI lagi.

Senin, 01 Februari 2010

Sama-sama Roda tiga, Tapi.......

Baru-baru ini santer terdengar bahwa Pemprov DKI Jakarta melalui aparatnya menyita puluhan kendaraan beroda tiga khususnya BEMO. Operasi pembersihan ini dilakukan di daerah Grogol, Jakarta Barat.

Banyak pertanyaan yang muncul dalam kepala Saya, mengapa Pemprov bersikap demikian? Apakah tidak ada solusi yang diberikan kepada "pengusaha" BEMO ini? Berarti pengangguran bertambah lagi donk ?

Setelah Saya cari-cari informasi lewat internet (browsing gt dh) saya baru tahu ternyata ada landasan hukum yang melarang BEMO untuk beroperasi di kawasan jalan protokol. Perda no.8 tahun 2007 tentang ketertiban umum menyebutkan bahwa BEMO, BAJAJ, BECAK DILARANG BEROPERASI di jalan-jalan protokol JAKARTA.

Oke, Pemprov berarti bertindak sesuai hukumnya. Tapi, alangkah baiknya jika bersikap adil. Jangan hanya BEMO saja yang disita, kan masih ada BAJAJ (bukan motor merk BAJAJ lho...) yang sama-sama roda tiga. Menurut saya lebih baik BAJAJ yang disita daripada BEMO. BAJAJ itu lebih banyak menghasilkan polusi udara dan suara, kalau lagi jalan mirip penyemprot nyamuk fogging. Asapnya gak nahan buukkk..... Udah gitu, sopir BAJAJ gak tahu aturan, apa aja di libas. Hufffffff.....

Tapi yang paling baik lagi kalau jenis kendaraan ini memang harus di musnahkan. Setuju gak??

Dalam artian Pemerintah memberikan atau mensubsidi kendaraan sejenis yang ramah lingkungan. Dulu kan ada tuh yang namanya KANCIL, kendaraan umum roda empat yang ramah lingkungan. Terus ada BAJAJ BBG (Bahan Bakar Gas) itu lebih baik kan.... Daripada uang dipakai buat ganti mobil super mewahnya para menteri, renumerasi gaji pejabat negara, mending dibuat untuk pengadaan dan peremajaan kendaraan umum. Jadi pada senang kan...... Pengusaha angkutan senang, rakyat juga senang....

Kalau transportasi di Jakarta ini nyaman dan aman, mobilitas masyarakat juga akan lebih cepat dan juga bisa mengurangi kepadatan kendaraan bermotor yang ada.

Semoga saja ini bisa diwujudkan.